Kamis, 27 Desember 2007

SoSiOlOgi aGaMa

AGAMA DAN TIPE – TIPE MASYARAKAT

Di dunia ini tidak ada masyarakat yang tidak menganut agama. Meskipun bukan menganut agama yang diakui di dunia seperti agama Islam, Katolik, Kristen, Budha dan Hindhu. Karena agama menyangkut keberadaan Tuhan. Dan sebaliknya agama berdiri karena ada penganut – penganutnya yakni masyarakat itu sendiri. Jadi hubungan agama dan masyarakat tersebut tidak dapat dipisahkan lagi.

Pada tipe masyarakat yang masih terpengaruh pada nilai – nilai agama. Kondisi masyarakatnya kecil terpencil dan terbelakang. Tingkat perkembangan teknologinya rendah, hanya sedikit terdapat pembagian kerja dan pembagian kelas sosialnya sederhana. Keluarga merupakan lembaga terpenting, spesialisasi organisasi pemerintahan dan kehidupan ekonomi sederhana. Laju perubahan sosial lamban, simbol agama yang sangat potensial adalah gambaran mitos nenek moyang dan pahlawan – pahlawan yang disimbolkan dalam berbagai bentuk.

Organisasi keagamaan tidak terpisah dari keseluruhan kegiatan masyarakat lainnya : terjalin dalam aktivitas ekonomi, politik, keluarga, rekreasi dan sebagainya. Fungsi agama dalam hubungannya dengan kelompok tampak sekali. Karena kecilnya masyarakat model ini, maka sebagaian besar adat kebiasaan dikenal oleh semua anggotanya. Agama sangat penting dan berpengaruh dalam kehidupan masyarakat, karena lembaga lain relatif belum berkembang, kecuali keluarga, agama menayajikan sarana dalam pengintegrasian dan kesatuan masyarakat secara menyeluruh. Nilai – nilai keagamaan sering meningkatkan konservatisme dan menghambat perubahan. Dengan demikian, sedikit sekali kesempatan bagi agama untuk membawa perubahan sosial dalam masyarakat terbelakang seperti ini. Bagi individu, agama banyak berpengaruh dalam keseluruhan proses sosialisasi. Sosialisasi ditandai oleh upacara – upacara keagamaan dalam peristiwa kelahiran, perkawinan dan lain sebagainya.

Pada masyarakat dan kesatuan masyarakat secara menyeluruh. Nilai – nilai keagamaan sering meningkatkan konservatisme dan menghambat perubahan. Dengan demikian, sedikit sekali kesempatan bagi agama untuk membawa perubahan sosial dalam masyarakat terbelakang seperti ini. Bagi individu, agama banyak berpengaruh dalam keseluruhan proses sosialisasi. Sosialisasi ditandai oleh upacara – upacara keagamaan dalam peristiwa kelahiran, perkawinan dan lain sebagainya.

Pada masyarakat perindustrian yang sedang berkembang. Masyarakat ini tidak begitu terpencil perubahan lebih cepat dibanding dengan masyarakat terelakang atau pada masyarakat model pertama. Daerahnya lebih luas, penduduknya lebih banyak, tingkat perkembangan teknologi lebih tinggi, pembagian kerja dan kelas sosial beraneka ragam. Tingkat kemampuan tulis dan baca sudah memadai. Pertanian dan perindustrian sangat penting dalam perekonomian desa dengan beberapa pusat perdagangan kota. Lembaga pemerintahan dan kehidupan ekonomi sedang menuju spesialisasi. Orang dengan jelas dapat membedakan kapan, dimana ia harus beribadat, bekerja, bermain dan lain – lain.

Model kedua ini banyak tercermin dalam masyarakat – masyarakat yang penduduknya sebagaian besar beragama Budha, Yahudi, Kristen dan Islam. Fungsi agama dalam masyarakat model kedua ini lebih kompleks. Agama masih memberikan makna penting kepada sistem nilai masyarakat, tetapi kadang – kadang mendorong ke arah terjadinya konflik sosial dalam masyarakat. Munculnya lembaga pemerintahan yang berkemabang cepat Munculnya lembaga pemerintahan yang berkemabang cepat merupakan saingan potensial bagi organisasi keagamaan sebagai pengikat integrasi dan stabilisasi masyarakat. Agama merupakan tenaga potensial untuk lahirnya pembaharuan yang kreatif, yang untuk tahap permualaan, pembaharuan semacam ini dapat menimbulkan kegoncangan masyarakat, tetapi akhirnya sering berfungsi sebagai pengintegrasi tipe – tipe masyarakat yang berbeda – beda. Agama – agama besar muncul dan berkembang dalam suasana masyarakat tipe ini. Proses perubahan tidak hanya karena perkembangan teknologi dan ekonomi, yang memecahkan kubu pertahanan tradisional, tetapi juga karena perkembangan dalam bidang keagamaan itu sendiri, baik dalam segi akidah dan kepercayaan, ibadat, muamalat serta organisasi – organisasi sosialnya.

Dari uraian diatas jelas bahwa secara sosiologis selain agama mempunyai fungsi pemersatu atau pengikat integrasi sosial dalam masyarakat, kadang – kadang mengandung potensi yang dapat menimbulkan keresahan, kegoncangan malah mungkin peperangan. Hal itu diakibatkan oleh adanya perbedaan faham dan kepercayaan antar pemeluk agama atau sekte yang berbeda.

Masyarakat model ketiga, adalah masyarakat industri sekuler. Masyarakat ini sangat dinamik, pengaruh ilmu dan teknologi menembus berbagai bidang kehidupan, termasuk ke dalamnya bidang agama. Meluasnya sekularisasi sering mempersempit ruang gerak lingkungan sakral dan kepercayaan keagamaan. Agama dan Negara berjalan berdampingan secara terpisah. Pertumbuhan sekularisasi sangat melemahkan fungsi agama, baik sebagai pengintegrasi maupun sebagai sumber keresahan. Sebaliknya, tatanan ekonomi dan Negara telah mengambil alih fungsi penting yang dahulu diperanlan oleh agama, seperti pada masyarakat model pertama dan kedua. Karena adanya sikap ketidakacuhan terhadap sistem nilai sekuler yang semakin berkemabng, menimbulkan toleransi terhadap perbedaan agama. Namun persamaan akidah dan ibadat di kalangan berbagai organisasi keagamaan, secara internal meningkatkan fungsi agama sebagai unsur pemersatu. Meskipun pengaruh organisasi keagamaan melemah, namun nilai – nilai keagamaan yang mendasar dan universal tetap bertahan dan memberikan sumbangan terhadap keterpaduan masyarakat. Hal itu tampak pada saat – saat terjadinya ketegangan, di mana himbauan untuk kembali kepada nilai religious tradisional sering muncul. Dari pernyataan diatas, dalam masyarakat model ketiga, agama telah meyusup ke berbagai bidang kehidupan sekuler. Organisasi keagamaan dalam masyarakat industri tersebut terbagi – bagi dan bersifat pluralistik. Keanggotaannya atas dasar sukarela, dan umumya tidak ada ikatan antara organisasi keagamaan dengan pemerintah sekuler.

Kamis, 13 Desember 2007

Teori Max Weber

Tekanan Weber pada konsep rasionalitas, mengidentifikasikan dua tipe tindakan rasional yang berbeda dan dua tipe tindakan yang nonrasional. Ketiga tipe otoritasnya yang terkenal yakni, Otoritas tradisional, Kharismatik, dan legal rasional. Pertumbuhan masyarakat kota modern yang bersifat industrial, dapat dilihat sebagai perubahan dari struktur otoritas tradisional ke struktur legal-rasional. Analisanya mengenai etika protestan serta pengaruhnya dalam meningkatkan pertumbuhan kapitalisme menunjukkan pengertiannya mengenai pentingnya kepercayaan agama serta nilai dalam membentuk pola motivasional individu serta tidakan ekonominya. Pengaruh agama terhadap pola perilaku individu serta bentuk-bentuk organisasi sosial juga dapat dilihat dalam analisa perbandingannya mengenai agama-agama dunia yang besar.Weber juga mengemukakan mengenai analisa tipe-ideal dimana memungkiknkan untuk mengatasi peristiwa-peristiwa khusus dan untuk memberikan analisa perbandingan dengan menggunakan kategori-kategori teoritis yang umum sifatnya. Keseluruhan pendekatannya menekankan bahwa kepentingan ideal dan materiil mengatur tindakan orang, dan ahwa hubungan antara ideal agama dan kepentingan ekonomi sebenarnya bersifat saling tergantung. Dengan kata lain, hubungannnya itu bersifat timbal-balik, termasuk saling ketergantungan anatara Protestantisme dan kapitalisme. Dalam perkembangan kapitalism emodern, menunutu untuk pertumbuhan modal. menunutut kesediaan unutk tiunduk pada disiplin perencanaan yang sistematis untuk tujuan-tujuan di masa mendatang, bekerja secara teratur dalam sustu pekerjaan, dan lain sebagainya. Titik tolak baginya adalah mengenai individu yang bertidak yang tindakan-tindakannya itu hanya dapat dimengerti menurut arti subyektifnya. Kenyataan sosial baginya pada dasrnya terdiri dari tindakan-tindakan sosial individu. Titik tolak Weber pada tingkat individual mengingatkan kita bhwa struktur sosial atau sistem budaya tidak dapat dipikirkan sebagai sesuatu yang berada secara terlepas dari individu yang terlibat di dalamnya.

Kamis, 06 Desember 2007

SOSIOLOGI DAN KOMUNIKASI SOSIAL

HUBUNGAN KOMUNIKASI MASA

DAN MASYARAKAT

DALAM PERSPEKTIF SOSIOLOGI

· Perspektif fungsionalisme struktura, melihat keterkaitan antara komunikasi (komunikasi masa) dengan masyarakat sebagai fungsi, dimana media masa cepat menciptakan iklim atau kondisi bagi terjadinya perubahan nilai, sikap, dan perilaku.

· Tindakan manusia didasarkan pada suatu proses yang meluputi stimulus-prose berpikir-respons. Proses berpikir ini adalah interpretasi.

· Dalam sebuah peristiwa bisa saja sekaligus terjadi pertukaran sosial dan pertukaran ekonomi secara bersamaan.

· Konsep pertukaran mengandung dua unsur utama yaitu, memberi dan menerima.

· Makna suatu fenomena tidak inherent pada fenomenanya itu sendiri, melainkan tergantung bagaimana seorang atau masyarakat memberikan makna terhadap fenomena yang dihadapinya. Makna-makna itu merupakan hasil dari interaksi sosial anggota masyarakat.

· Perilaku seseorang merupakan respon orang tersebut terhadap stimuli yang dihadapinya dengan melalui prosese berpikir. Paradigma ini mempunyai asumsi bahwa manusia pada dasarnya merupakan makhluk pengejar keuntungan.

TEORI – TEORI SOSIOLOGI DAN KOMUNIKASI SOSIAL

Ada tiga paradigma yang popular dalam sosiologi, dimana tiap paradigma menaungi banyak teori, kita sudah mengenal sedikitnya tiga teori yang bisa mewakili tiap paradigma , yaitu :

1. Teori fungsionalisme menggambarkan tentang paradigma fakta sosial.

2. Teori interaksionisme simbolik menggambrakan tentang paradigma definisi sosial.

3. Teori pertukaran sosial menggambarkan tentang paradigma perilaku sosial.

Fakta sosial bersifat eksternal, umum (general), dan memaksa (coercion). Fakta sosial mempengaruhi tindakan-tindakan manusia. Tindakan individu merupakan hasil proses pendefinisian reslitas sosial, serta bagaimana orang mendefinisikan situasi. Asumsi yang mendasari adalah bahwa manusia adalah makhluk yang kreatif dalam membangun dunia sosialnya sendiri.


SMS dan Dinamika Komunikasi Massa

Salah satu contoh atau implementasi dari komunikasi masa adalah SMS sebagai sarana komunikasi dengan menggunakan teknologi Telepon Seluler. Dengan SMS maka kita dapat berkomunikasi secara regional maupun mengglobal. Dengan teknologi ini kita dapat berkomunikasi dengan jarak jauh dan tentu lebih efektif dan efisien. Kita tak perlu membutuhkan biaya yang mahal cukup dengan Rp150 hingga Rp1000 kita sudah dapat berkomunikasi dengan teman, saudara, dan kerabat dalam jarak jauh.
Sejarah SMS muncul pada Desember 1992. Pesan itu dikirim dari sebuah komputer ke sebuah telepon seluler dalam jaringan GSM milik operator seluler Vodafone di Inggris. Menjelang umurnya yang ke 13 tahun, SMS semakin banyak digunakan oleh pelanggan.
Di Indonesia, sekarang ada sekitar 40-an juta pengguna layanan jaringan komunikasi seluler. Kesemuanya berkomunikasi melalui SMS. Mengacu perkiraan Asosiasi Telekomunikasi Seluler Indonesia (ATSI), SMS akan menyumbangkan pendapatan kepada operator sekitar Rp10 triliun tahun ini.